SMP Negeri 1 Barru dalam Keterampilan Berpikir Kreatif
Oleh: Faisal Can Putra, M.Pd (Guru IPA SMP Negeri 1 Barru)
Keterampilan Berpikir
kreatif (creative thingking skills) berhubungan erat dengan daya cipta seseorang. Rogers (1962) memberikan pemamaparan bahwa sumber dari
kreatifitas adalah kecenderungan pengaktualisasian diri, mewujudkan
potensi, dorongan untuk menjadi berfikir matang, kecenderungan untuk mengekspresikan diri
dan mengaktifkan semua kemampuan organisme sedangkan Clark Moustakis (1967)
memberikan asumsi bahwa kreatifitas adalah pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungannya
dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
Indikator berpikir kreatif telah
dipaparkan sebelumnya bahwa ada ditinjau dari empat (4) aspek yang menjadi tolok ukur dalam
berpikir kreatif yaitu aspek fluency,
flexibility, originality, dan elaboration
sehingga sesorang dapat dikatakan telah berpikir kreatif aabila telah
menunjukkan berbagai hal yang bekenaan dengan indikator diatas seperti
kebiasaan berpikir, sikap, pembawaan, kepribadian, atau kecakapan dalam
memecahkan masalah.
Indikator berpikir kreatif dapat dijabarkan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel
Indikator
Berfikir Kreatif
No.
|
Aspek
|
Penjelasan/Ciri-Ciri
|
1.
|
Fluency (kelancaran)
|
a.Mencetuskan
berbagai banyak ide, jawaban dengan lancar.
b.Memberikan
banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
|
2.
|
Flexibility (Kelenturan)
|
a. Menghasilkan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda.
b. Mencari
banyak alternative atau arah yang berbeda-beda
c. Mampu
mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
|
3.
|
Originality (Keaslian)
|
a. Mampu
melahirkan ungkapan baru dan unik.
b. Memikirkan
cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
c. Mampu
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
|
4.
|
Elaboration (kerincian)
|
a. Mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk.
b. Menambah
atau melakukan rincian terhadap suatu obyek, gagasan, atau situasi, sehingga
menjadi lebih menarik.
|
Sumber: Munandar (2012)
Selain
indikator dalam pengembangan berpikir kreatif juga diperlukan alat ukur dalam penentuan ketercapaian berpikir
kreatif yaitu:
1) Tes
kemampuan berfikir divergen (Guilford)
Model tiga dimensi dari Guilford
tentang struktur intelek mencakup dimensi operasi (proses) dengan lima kategori mental, dimensi content empat kategori, dan dimensi
produk dengan enam kategori (Munandar, 2009). Berbagai Macam tes berfikir
kreatif dari Guilford yang mengukur kemampuan berfpikir divergen terutama
digunakan untuk kelompok remaja dan orang dewasa, meskipun ada juga untuk anak-anak
tapi dibatasi pada umur tertentu.
2)
Tes Torrance Mengenai kemamapuan berfikir kreatif.
Tes Torrance ini
dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan (serentak) dari beberapa
operasi mental kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas,
dan kerincian (elaborasi). Tes ini disusun sedemikian rupa untuk membuat
aktivitasnya menarik dan menantang peserta didik mulai dari pendidikan
pra-sekolah sampai sekolah menengah. Tes Torrance dapat diberikan secara
perseorangan maupun kelompok. Bentuk verbal terdiri atas tujuh sub-tes:
mengajukan pertanyaan, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki produk,
penggunaan tidak lazim, pernyataan tidak lazim, dan aktifitas yang diandalkan.
Tes figural terdiri dari tiga sub-tes:
tes bentuk, gambar yang tidak lengkap, dan tes lingkaran. Tes verbal diberi
skor untuk kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas, sementara tes figural
ditambah dengan skor untuk elaborasi.
Tes Torrance juga diberi batas waktu atas
dasar pertimbangan baha sa sampai derajat tertentu harus ada press (pendorong) untuk memicu fungsi
mental kreatif dengan tetap memberikan dorongan untuk merangsang berfikir
kreatif.
3) Tes
berfikir kreatif-produksi menggambar
Tes ini biasa juga disebut Test For Children Creative Thingking
–Drawing Production (TCP-DP). Tes ini berbeda dengan kedua tes diatas
karena skornya tidak berdasar pada kelangkaan secara secara statistis, tetapi
apa yang disebut image production.
Responden diminta untuk menyelesaikan gambar yang tidak lngkap,
(rangsangan-rangsangan figural), dan penilaiannya mencakup sembilan dimensi,
yaitu: melengkapi, melanjutkan, unsur baru, hubungan yang dibuat dengan garis,
hubungan yang berkaitan dengan tema, melintasi batas (dua kriteria), perspektif
dan humor.
4) Berfikir
kreatif dengan bunyi dan kata
Ukuran talenta kretif lainnnya berhubungan
dengan orisinalitas dan imajinasi; tamsil (imaginery)
dan analogi, yaitu thingking creativity with sound and words). Tes ini
berisikan dua ukuran orisinalitas verbal yang salah satunya menstimulus
rangsangan berupa bentuk suara bunyi denganrantang dari bunyi yang sederhana
sampai bunyi yang rumit. Suara-suara ini akan memunculkan reapon intelektual
manusia yang berinteraksi dengan emosi sehingga memunculkan tanggapan yang
imajinatif.
5) Inventory Khatena- Torrance mengenai
perspektif kreatif.
Istrument
ini biasa disebut Khatena-Torrance Creative
Perception Inventory yang dirancang untuk anak umur 10-11 tahun remaja
maupun dipergunakan juga untuk orang dewasa. Instrument ini dikembangkan dengan
melihat atau mengamati diri seseorang, melalui daftar periksa, kuisioner, dan
inventory. Dimana dimensi dari pengukuran ini terdiri dari dua dimensi
yaitu didasari pertimbangan bahwa diri seseorang
mempunyai keakuan secara psikologis dengan cara perilaku kreatif maupun tidak
kreatif dalam artian bahwa ada upaya untuk menunjukkan siapa jati dirinya melalui tindakan kreatif.
Dimensi berikutnya adalah didasari bahwa kreatifitas itu tercermin dari
karakteristik kepribadian orang itu sendiri, dalam cara berfikirnya dan dalam
produk-produk yang muncul sebagai hasil dari dorongan kreatif bagi peserta didik SMPN 1 Barru.
Berkenaan dengan hal tersebut penumbuhan pemikiran kreatif bagi peserta didik khususnya di SMP Negeri 1 Barru Sangat Perlu dilatihkan sebagai modal dasar dalam kompetensi abad 21 yang sekarang ini digencarkan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan yang tertuang dalam kurikulum 2013.